Awal mula terbentuknya Gampong Trieng Matang Ubi, ketika datang salah seorang panglima perang kerajaan Samudra Pasai yang berasal dari Mereudu yang merupakan keturunan dari salah seorang petinggi kerajaan Pereulak dan Samudera Pasai, dan mendirikan suatu pemukiman atau dalam bahasa aceh disebut “Seuneubok”, untuk bercocok tanam dan mengembangkan agama islam bagi penduduk sekitar. Seneubok ini kemudian berubah menjadi sebuah pemukiman yang besar, para masyarakat perlahan mulai membersihkan hutan untuk dibangun rumah dan landang pertanian, yang pada saat itu masih di dominasi oleh pohon bambu atau dalam bahasa Aceh lebih dikenal dengan nama “Trieng” dan oleh Tgk. Petua Gantoe selaku ketua adat gampong pada saat itu, memberi nama kampung ini dengan nama “Gampong Trieng”. Sedangkan “Matang Ubi” sendiri diambil dari Kata Matang yang berarti gundukan tanah atau bukit kecil dan Ubi yang berarti batang Ubi, hal ini dikarenakan masyarakat pada saat itu, selain petani mereka juga berkebun, dan jenis tanaman yang paling banyak ditanam adalah pohon ubi. Pada tahun 1901, barulah seuneubok ini berubah menjadi perkampungan dengan nama Gampong Trieng Matang Ubi yang terdiri dari 4 dusun, yaitu :
a. Dusun Bintara Blang di bagian utara
b. Dusun T Muda Bramat di bagian timur
c. Dusun Di Teupen di bagian selatan
d. Dusun keluarga di bagian barat
Pada tahun 1940 – 1970 banyak kaum pendatang dari berbagai daerah untuk tinggal dan menetap di gampong ini, dikarenakan tanahnya yang dikenal sangat subur sehingga sangat cocok untuk bertani atau berkebun. Seiring dengan bertambahnya penduduk, maka bertambah pula luas gampong dan menjadi salah satu gampong terluas di kecamatan Lhoksukon dengan luas wilayah lebih dari 400 Ha , dengan jumlah penduduk saat ini berjumlah 1.624 jiwa.